Korea Selatan telah mencatat rekor terendah angka kelahiran dalam sejarah negara tersebut, di tengah kondisi darurat nasional yang sedang dihadapi akibat pandemi Covid-19. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Korea Selatan, angka kelahiran pada tahun 2021 turun menjadi 0,84 anak per wanita, yang merupakan angka terendah sejak Korea Selatan mulai mencatat data kelahiran pada tahun 1970-an.
Penurunan angka kelahiran ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Korea Selatan, yang telah lama berjuang dengan masalah rendahnya tingkat kelahiran di negara tersebut. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pasangan muda untuk memiliki anak, termasuk dengan memberikan tunjangan dan dukungan finansial bagi keluarga yang memiliki anak.
Namun, kondisi darurat nasional yang diumumkan akibat pandemi Covid-19 telah membuat situasi semakin sulit bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Pembatasan sosial dan ekonomi yang diberlakukan untuk mengendalikan penyebaran virus telah menyebabkan ketidakpastian dan kesulitan bagi banyak keluarga.
Selain itu, faktor ekonomi juga turut berperan dalam menurunkan angka kelahiran di Korea Selatan. Biaya hidup yang tinggi dan persaingan yang ketat di pasar kerja membuat banyak pasangan merasa sulit untuk memiliki anak, karena mereka khawatir tidak mampu memberikan pendidikan dan perawatan yang baik bagi anak-anak mereka.
Pemerintah Korea Selatan menyadari pentingnya meningkatkan angka kelahiran untuk menjaga keberlangsungan populasi negara tersebut. Oleh karena itu, mereka terus berupaya untuk mencari solusi yang efektif untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat kelahiran ini, baik melalui kebijakan sosial maupun ekonomi.
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, namun semangat untuk meningkatkan angka kelahiran di Korea Selatan tetap tinggi. Pasangan muda di negara tersebut diharapkan dapat memperoleh dukungan yang cukup dari pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan impian mereka untuk memiliki anak dan membentuk keluarga yang bahagia.